Muara Enim, Beritakajang.com – Rencana kerja perusahaan PTBA untuk menjadikan Tanjung Enim sebagai kota wisata dipertanyakan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
Banyak masyarakat setempat menilai program kota wisata yang akan diprakarsai PTBA berbanding terbalik dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Seperti diutarakan salah satu aktivis di Kabupaten Muara Enim bernama Bung Anton ini.
“Tingginya intensitas debu batubara yang setiap hari dirasakan warga, khususnya di wilayah Tanjung Enim sangat mengkhawatirkan, hingga bisa berdampak pada kesehatan masyarakat. Kemudian, ruas jalan yang sudah tidak layak untuk dijadikan lalu-lalang angkutan truk dari PTBA, karena jalan seputaran Tanjung Enim sangat sempit untuk menampung padatnya arus lalu lintas itu,” kata dia saat ditemui, Ahad (28/5/2023).
Disamping ancaman polusi debu batubara serta terjadinya kemacetan akibat dampak truk yang lalu-lalang sangat berdampak pada warga serta pengguna jalan.
“Saran dan keluhan publik ini sudah disampaikan ke Direktur Utama PTBA, namun hingga hari ini belum ada jawaban,” kata dia.
“Anggaran ratusan miliar kenapa tidak dialihkan ke lain saja, yang bermanfaat dan menyentuh langsung ke masyarakat, sehingga ekonomi warga bisa meningkat, bukan malah ingin menjadikan Tanjung Enim sebagai kota wisata,” tambah dia.
Sementara itu, putra daerah asli Tanjung Enim, Medi juga berharap kepada perusahaan PTBA untuk mempertimbangkan lagi sisi negatif menjadikan Tanjung Enim sebagai kota wisata, terutama dampak debu dan kemacetan jalan umum tersebut.
“Dikhawatirkan dengan anggaran begitu besar, dengan nilai ratusan miliar akan berpotensi untuk disalahgunakan oleh oknum perusahaan,” tutupnya. (Mus)
