Beranda Opini Hanya dengan Mengingat Allah Hati Menjadi Tenang

Hanya dengan Mengingat Allah Hati Menjadi Tenang

122
0
BERBAGI

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil (Penulis Lepas Yogyakarta)

Beritakajang.com – Mengingat Allah adalah kunci ketenangan diri. Artinya, dengan segala kesibukan oleh kebutuhan dan kegiatan, bahkan berbagai keinginan manusia terkadang memakan energi, menguras tenaga dan konsentrasi dapat berakibat kerumitan, kesulitan, perasaan berat dapat membuat hati lelah dan meronta, butuh untuk ditenangkan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengingatkan melalui Firmannya sebagaimana tercantum dalam Alquran Surat Ar-Ra’d 28 berikut terjemahnya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Masih berasal dari sumber yang sama berupa Alquran, berikut penulis rangkum tiga poin manifestasi dzikir atau mengingat Allah sebagai cara menenangkan jiwa pada kondisi sebut istilah penulis pada awal paragraf dengan lelah dan meronta, yaitu:

Pertama, tidak ada yang sisa-sia. Setiap hal, baik kejadian sebagaimana disaksikan dalam kehidupan sehari, juga perbuatan atau amal baik atau buruk baik amalan zahir atau amalan hati/batin tidak dalam pemahaman orang kafir sebagai sesuatu yang sia-sia belaka.

Sebuah doa yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 191 tentang sikap orang-orang yang memiliki pemikiran (“ulul albab”) yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat Allah baik dalam keadaan berdiri mereka, duduk, dan berbaring sembari mengucapkan: “Tuhan kami, tidak engkau ciptakan ini (semua) sia-sia, maha suci engkau, maka jauhkanlah kami dari api neraka”.

Tidak sia-sia dapat dimaknai dengan segala yang diciptakan Allah terdapat makna, kemudian segala sesuatu yang ada adalah bukan tidak ada alasan (sebab-musabab) dan tujuan.

Kedua, segala kekurangan akan dicukupi Allah. Kebutuhan, keinginan, bahkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari, jika tidak dikatakan mutlak, akan sulit dipenuhi secara utuh. Maka, dengan mengingat Allah akan menenangkan bahkan menghadirkan rasa syukur yang patut juga untuk disyukuri.

Allah akan mencukupi segala (perasaan) kurang tersebut, termasuk kelemahan dan kekhilafan, terlebih terhadap musuh, pemimpin atau orang-orang jahat. Tercukupkan segala sesuatunya oleh Allah sebagaimana terdapat dalam doa: Ya Allah, cukupilah hambamu ini atas mereka sebagaimana yang engkau kehendaki.

Ketiga, ingat pada ketetapan Allah. Kesadaran pada apa yang terjadi atau yang sedang dihadapi baik kesuksesan atau cobaan sejatinya tidak lepas dari kekuasaan dan ilmu Allah. Semua tidak lepas dari kendali yang tidak lain adalah dari pemilik, penguasa, dan yang paling kuat (“Al-Qawiyy”) di atas segala sesuatu di alam semesta yaitu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Tanpa mengenyampingkan peranan atau makna usaha (ikhtiar), kehendak akan kebaikan senantiasa untuk dijadikan, diantaranya dengan melantunkan doa-doa sebagai harapan. Demikian bentuk dzikir atau ingat kepada Allah sebagai kunci ketenangan hati. Tidak ada langkah menenangkannya selain dengan mengingat Allah, Tuhan seluruh alam semesta.

Maka selain lafal zikir yang diajarkan rasul yang dapat diterapkan dalam berbagai kesempatan, baik zikir yang penuh makna semisal “subhanallahi wa bihamdihi subhanallahil ‘adzim” (“Maha Suci Allah dan dengan keterpujiannya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung”) maupun “muqayyad” yang kontekstual berupa doa-doa dan zikir terikat waktu, tempat dan kesempatan, pemahaman berupa deskripsi rasional di atas kiranya dapat memberi manfaat dalam memahami dzikir atau ingat kepada Allah sebagai kunci ketenangan hati. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here