Beranda Nusantara Irjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana: Di Era Post Truth Seakan Semua...

Irjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana: Di Era Post Truth Seakan Semua Dimaharkan

132
0
BERBAGI
(Sumber Foto Beritakajang.com/Andre)

Pontianak, Beritakajang.com – “Gitu aja kok repot” kelakar Gus Dur yang melegenda. Apa yang dikatakan Gus Dur bukan menggampangkan melain menyejukkan, mengingatkan kita semua untuk tidak terlalu baperan, tidak memperumit atau mempersulit dan tak memperkeruh suasana.

Di tahun politik, situasi dan suasana memanas perlu ada pendingin membuat mesem, adem ayem. Pemilu merupakan pesta kebudayaan dan ikon peradaban dalam suksesi kepemimpinan.

Menurut Kasespim Lemdiklat Polri Irjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, di era post truth seakan semua dimaharkan, wani piro oleh opo, umek bikin puyeng dan memancing konflik dengan berbagai provokasi yang mengobok – obok opini publik. Mahar dapat dipahami sebagai tanda saling memahami, saling menerima, sejatinya bukan sebagai transaksi jual beli.

“Mahar menjadi tanda kesepakatan yang dimanfaatkan para broker untuk menjembatani pemberian rekomendasi ataupun restu,” ujar Chryshnanda Dwilaksana saat menggelar pameran kartun di Pontianak beberapa waktu lalu.

Kata dia, para broker sadar kaum ningrat tidak mau kotor tangannya agar tetap terkesan anggun, baik dan benar, walau maunya tetap lebih besar atau lebih banyak.

“Broker akan menjadi penghubung sekaligus jagal dan debt collectornya. Para broker memang lihai melayani dan membuat happy para kaum ndoro. Broker inilah yang mondar mandir mencari orang yang cocok untuk permaharan,” jelas dia.

“Para broker ini orang yang paling menikmati dan menguasai. Broker bagai promotor tinju, tidak peduli dengan kalah menang yang penting cuan,” tambahnya.

“Semakin besar proyek yang ditawarkan maka akan mematok mahar besar. Mahar menjadi topeng transaksi. Yang variasinya beragam dari uang tunai, sertifikat, atau apa saja yang dianggap sesuai dengan nominal yang telah disepakatinya. Mahar menjadi sesuatu yang bukan tabu dan tanpa malu malu dipatok angka. Mahar bukan di pasar dan bukan dipatok dalam besaran angka. Mahar menjadi transaksi informal saling percaya dan apapun yang terjadi tetap maju tak gentar membela yang bayar,” pungkas dia.

Kasespim Lemdiklat Polri Irjen Pol Prof Dr Chryshnanda Dwilaksana bersama Kartunis Non O yang terdiri dari Sudi Purwono, Gatot Eko Cahyono, Anwar Rosyid, Itok Isdiyanto Iskandan, pelukis Joko Kisworo bersama berbincang bincang menyikapi soal tahun politik yang memanas.

Perseteruan di media sosial semakin menggelinding bagai bola salju yang menabrak ke mana mana. Kartun dan dan karikatur kami bahas untuk penyejuk suasana yang nampaknya mulai nggege mongso. (Andre)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here