Sekayu, Beritakajang.com – Tanpa gembar-gembor, Pj Bupati Musi Banyuasin (Muba) H. Apriyadi terus menyasar penguatan lembaga bagi pelaku ekonomi di desa. Apriyadi aktif menggerakkan laju ekonomi di sektor perkebunan yang jadi penopang ekonomi warga Muba yakni karet dan sawit.
Saat ini, kata Apriyadi, di Muba ada sebanyak 17 ribu hektare kebun yang tertanam program replanting kelapa sawit. Dari jumlah itu, 7 ribu hektare kebun kelapa sawit milik petani rakyat sudah menghasilkan. Rata-rata petani sawit yang tergabung dalam KUD peserta peremajaan sawit masa tanam 2017 sudah bergaji Rp 4 juta per bulan.
Sukses pelaksanaan replanting sawit di Bumi Serasan Sekate ini menarik minat sejumlah petani untuk ikut program peremajaan dengan membentuk KUD. Apriyadi meyakini jika semua KUD di Muba sudah rampung mewujudkan replanting dengan benar, maka langkah berikutnya yakni pendirian pabrik sawit swadaya bisa terwujud.
Pendirian pabrik juga bisa dikembangkan menjadi sumber energi baru terbarukan sesuai kebijakan pemerintah pusat untuk menekan penggunaan BBM berbahan fosil. Karenanya, Apriyadi mendorong petani sawit rakyat agar mengikuti program replanting untuk yang sudah berusia di atas 25 tahun.
“Kelapa sawit ini akan menjadi sektor perkebunan yang sangat menjanjikan ke depannya. Oleh sebab itu kualitas kelapa sawit petani rakyat kita harus bagus dan berkualitas. Syaratnya harus dilakukan peremajaan, dengan pola yang baik dan benar sesuai skema pemerintah,” ungkap Apriyadi saat menerima perwakilan Kepala Desa dan Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya, dengan persiapan-persiapan tersebut tentu Kabupaten Muba sangat strategis untuk mendirikan pabrik kelapa sawit yang dikelola langsung petani sawit mandiri bersama KUD dan warga setempat. Sedangkan pada komoditi karet, Muba paling banyak membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB). Tercatat, ada 122 UPPB sesuai data Dinas Perkebunan Muba hingga Oktober 2022.
“Tahun ini ada 14 gedung dan 9 pelataran UPPB kita bangun. Hingga 2022 ini sudah 50 gedung dan 20 pelataran UPPB yang diserahkan kepada para petani karet. Tentu masih banyak yang harus kita buat bagi petani. Apalagi pertumbuhan UPPB di Muba juga sangat bagus,” terang Apriyadi.
Agar serapan getah karet makin luas dan berimbas pada ekonomi petani, Apriyadi menjalin kerjasama dengan pihak swasta Muba memiliki potensi kekayaan SDA di sektor pekebunan karet seluas 466.393,4 ha dengan kapasitas produksi mencapai 419.742 ton yang didominasi perkebunan rakyat sebanyak 98,5%.
“Garapan di hilir ini guna mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki. Dengan menghasilkan barang setengah jadi maupun barang jadi yang nilai jualnya lebih tinggi dan harga lebih stabil dari pada harga bahan baku,” tegas dia.
Pj Bupati Muba Apriyadi menjajaki kerjasama PT Bumi Rambang Palembang, untuk pengolahan dan pemasaran lateks pekat dengan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) di Kabupaten Muba.
“Untuk itu, Pemkab Muba akan terus membantu UPPB, diantaranya mendorong hilirisasi karet. pengembangan sektor hilir komoditas perkebunan di Muba diperkuat dengan pengembangan infrastruktur pembangunan jalan berbasis aspal karet lateks. Pembangunan pabrik centrifuge lateks di tiga kecamatan yaitu Keluang, Sekayu dan Babat Toman,” ungkapnya.
Direktur Utama PT Bumi Rambang Palembang Ibadallah Bajumi didampingi Direktur Pabrik Rangga Sumadibrata menyampaikan bahwa tujuan utama rencana kerjasama pengolahan dan pemasaran lateks pekat ini yaitu sebagai pintu pembuka peluang besar bagi keberlangsungan sektor perkebunan karet.
“PT Bumi Rambang ini dapat membantu mengedukasi dan bekerjasama dengan petani karet, apalagi di Kabupaten Muba sudah berdiri UPPB di setiap kecamatan, bahkan ada tiga UPPB sebagai produsen lateks pekat (Keluang, Babat Toman, Plakat Tinggi). Transformasi UPPB menjadi entitas bisnis dengan program UPPB badan hukum, dan melatih petani untuk produksi lateks pekat dengan metode dadih, tinggal bagaimana mengoptimalkan mesin-mesin yang sudah ada tersebut,” ujarnya.
“Kegiatan produksi lateks pekat dimulai dari penerimaan lateks kebun, pendistribusian lateks kebun ke reception tank, pendistribusian lateks kebun ke separator, proses separating, pendistribusian lateks pekat ke storage tank dan pembekuan skim. Kita sudah 14 tahun berdiri dan selama ini hanya gunakan karet dari kebun sendiri, Alhamdulilah kami sudah mempunyai jaringan pembeli tetap lateks pekat kami, salah satunya perusahaan sarung tangan terbesar di indonesia,” bebernya.
Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba, Akhmad Toyibir mengatakan, pemkab mendukung penuh kemajuan 122 UPPB yang ada di 15 kecamatan.
“Pj Bupati terus mendorong dan membela petani baik sawit maupun karet dan lainnya. Khusus sawit malah sudah mengarah pada industri hilir. Begitupun untuk karet. Sejumlah UPPB dibantu mesin sentrifuse untuk mengolah bokar menjadi latek pekat. Bupati baru-baru ini meneken kerjasama untuk memperluas pasar latek pekat,” beber dia.
Dijelaskan Toyibir, di hulu pihaknya terus memperkuat kelembagaan. Dari 122 UPPB sudah 50 lebih dibangunkan gedung dan pelataran. Produksi karet yang dihasilkan, menurutnya kini sudah menyentuh 5.000 ton per bulan.
“Pak Bupati komitmen akan terus membangun hingga tahun ke depan bagi UPPB yang syaratnya terpenuhi sesuai kemampuan anggaran kita. Salah satu syarat mendapatkan bantuan gedung, tanah harus atas nama UPPB. Untuk memastikan lokasi, juga menampilkan titik koordinat lahan atau bangunan,” jelas dia.
Ketua UPPB Muba, Akhip mengapresiasi kepedulian Pj Bupati Muba. Dirinya senang, sebab gedung dan pelataran lelang UPPB memang fital bagi keberlangsungan petani karet.
“Gedung dan lapak lelang sangat bermanfaat untuk kegiatan pengumpulan BOKAR dan proses administrasi timbang dan pembayaran hasil timbang petani. Ke depan semoga semua UPPB sudah punya gedung dan lapak lelang. Di luar persoalan fisik ini ada yang lebih penting yakni dukungan pemerintah yang kami rasakan sampai sekarang,” kata dia seraya berharap bantuan berikutnya bisa berupa pupuk serta alat penunjang kerja seperti laptop dan printer. (Tarmizi)