Beranda Muaraenim Ketua LPRI: Aroma Kuat Dugaan Indikasi Korupsi Merambah di Beberapa Proyek PTBA

Ketua LPRI: Aroma Kuat Dugaan Indikasi Korupsi Merambah di Beberapa Proyek PTBA

189
0
BERBAGI
(Sumber Foto Beritakajang.com/Mus)

Muara Enim, Beritakajang.com – Kinerja perusahaan BUMN terkenal dan terbesar di Sumatra Selatan, PTBA Tanjung Enim, mendapat perhatian khusus dari Ketua Lembaga Pengawasan Repormasi Indonesia (LPRI) DPC Muara Enim, Karel.

Dilansir dari berita nasional, hutang PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) diprediksi membengkak menjadi US$ 6,5 miliar atau Rp 100 triliun lebih tahun ini, seiring rencana induk BUMN tambang ini mencaplok 20-25% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Seiring dengan itu, lembaga pemeringkat global, Moody’s, memangkas prospek peringkat hutang Inalum menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Selain hutang segunung, kemerosotan kinerja anak usaha akibat jebloknya harga komoditas bakal menghajar Inalum.

Dalam keterangan resminya, Moody’s mempertahankan peringkat Baa2 untuk Inalum dan obligasinya. Rating itu mencerminkan dukungan kuat pemerintah Indonesia ke Inalum.

“Penurunan harga komoditas, kapasitas, dan ekspansi membuat prospek Inalum diturunkan ke negatif,” ujar Nidhi Dhruv, Vice President And Senior Analyst Moody’s.

Moody’s, kata dia, memprediksi kinerja keuangan Inalum tahun ini lemah. Ini diperparah oleh rencana pembelian 20-25% saham Vale yang bakal dibiyai dari utang. Alhasil, utang naik menjadi  US$ 6,5 miliar dan gross adjusted leverage naik menjadi 8-8,5 kali tahun ini dari 6,2 kali tahun lalu.

Untungnya, kata dia, tambahan bunga masih bisa dibayar dari dividen anak usaha, terutama dari PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Perusahaan batubara ini diprediksi menyumbangkan 90% setoran dividen ke Inalum. Adapun setoran dua anak usaha lainnya, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) and PT Timah Tbk, rendah karena keuangannya lemah.

Moody’s menganggap likuiditas Inalum sangat lemah dan dana tunai perusahaan tidak cukup membiayai capex dan kewajiban pembayaran utang. Dalam 12-18 bulan ke depan, utang jatuh tempo yang harus dibayar Inalum mencapai US$ 1 miliar.

Menanggapi hal tersebut, Karel mengaku, dengan keadaan sekarang apakah bisa Muara Enim sejahtera atas dampak aktivitas perusahaan pertambangan itu.

“Banyak hal saat ini terjadi serta adanya dugaan spekulasi di lingkup para petinggi perusahan yang cukup mengkhawatirkan, berdampak pada aktivitas PTBA berpotensi gagal pengerjaannya,” tegasnya.

“Ada aroma kuat dugaan indikasi korupsi merambah di beberapa proyek PTBA,” tambah dia.

“Dengan beberapa uraian di atas, maka kami dari Lembaga Pengawasan Reformasi Indonesia DPC Muara Enim akan menindaklanjuti, ada apa gagalnya proyek tersebut. Semoga kedepannya PTBA lebih baik lagi,” pungkas dia. (Mus)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here