Beranda NTB Buka Sosialisasi HIV/AIDS, Ini Harapan Pj Kades Samba

Buka Sosialisasi HIV/AIDS, Ini Harapan Pj Kades Samba

262
0
BERBAGI

Lombok Utara, Beritakajang.com – Mencegah penyakit masyarakat (pekat), Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Utara melalui Dinas Kesehatan dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas Gangga melaksanakan sosialisasi HIV/AIDS tingkat desa di Desa Sambik Bangkol (Samba), berlangsung di aula desa setempat, Rabu (23/6).

Diikuti oleh peserta dari perwakilan setiap dusun, perangkat desa dan perangkat kewilayahan. Kegiatan dibuka oleh Penjabat (Pj) Kepala Desa Samba Sarjono SIKom dengan menghadirkan narasumber Sabri SKM dari Bidang Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan KLU, dengan diikuti oleh peserta sekitar 25 orang.

Pj Kades Sarjono SIKom mengatakan Pemerintah Desa Samba menyampaikan selamat datang di bumi Tetu Gati kepada pihak BLUD Puskesmas Gangga, menyambut baik dan memberi apresiasi sosialisasi yang diselenggarakan UPT BLUD Puskesmas Gangga tersebut.

“Tentu kegiatan ini penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita terkait HIV/AIDS berikut bagaimana strategi dan langkah-langkah praktis pencegahan terutama kepada peserta maupun masyarakat secara umum agar kita bisa mengetahui secara utuh dan menyeluruh dampak buruk penyakit paling berbahaya ini,” imbuhnya.

Menurut Sarjono, bahaya HIV/AIDS harus menjadi common enemy (musuh bersama) semua pihak. Upaya untuk mencegah penyebaran dan penularannya di masyarakat khususnya pada kalangan generasi muda butuh kerjasama dan sinergi semua lini.

“Kegiatan sosialisasi ini salah satu bentuk perhatian dan kepedulian Puskesmas Gangga dalam menyelamatkan masyarakat dan generasi kita dari bahaya obat-obatan terlarang dan penyakit mematikan ini,” ujarnya.

Dikatakannya, mengacu sejumlah referensi medis, penyebaran kasus HIV/AIDS laksana fenomena gunung es, hanya sedikit saja yang nampak di zona permukaan semata sementara yang lainnya tidak dapat terdeteksi.

“Ini menandakan kasus rill bisa mencapai 2 kali lipat dari apa yang terdata. Fenomena ini berarti HIV/AIDS memang betul-betul ancaman bagi generasi kita saat ini dan anak cucu masa depan. Usia produktif dengan rentang usia 15-24 tahun adalah usia yang rentan terkena penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ini,” jelas Kasubag Humas pada Bagian Humas dan Protokol Setda KLU ini.

Berbicara HIV dan AIDS, masih kata Sarjono, sulit diketahui dan diobati lantaran sulit dicegah dan dideteksi dan baru bisa diketahui dalam waktu puluhan tahun. Upaya pencegahan sedini mungkin harus dari lingkungan keluarga dengan memastikan anak-anak atau anggota keluarga terlebih dahulu, memastikan mereka jauh dari penyakit masyarakat (pekat).

Sarjono juga memaparkan, sejumlah sarana penularannya yaitu hubungan seksual di luar nikah atau hubungan yang dilarang norma-norma kehidupan. Kehidupan sehari-hari perlu diisi dengan kegiatan-kegiatan yang positif, kontributif dan bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan masyarakat.

“Pada momen ini, saya imbau seluruh peserta untuk mengikuti sosialisasi ini dengan sungguh-sungguh agar materi yang disampaikan narasumber nanti dapat kita resapi secara seksama. Itulah nanti yang harus diindahkan serta patuhi dalam kehidupan k8ta sehari-hari,” imbaunya.

Pj Kades Samba ini lantas berharap usai sosialisasi nanti para peserta bisa menjadi pioner atau motor penggerak pencegahan bahaya penyakit HIV/AIDS di lingkungan masing-masing.

“Benar adanya kata orang tua kita dulu, lebih baik mencegah daripada mengobati, lebih baik antisipasi daripada mitigasi, dan lebih baik mitigasi daripada evakuasi. Mari wujudkan hidup sehat dan aman untuk masa depan yang lebih sejahtera,” pungkasnya.

Dalam kesempatan itu, Sabri SKM dalam pemaparan materinya menyebutkan ada 3 penyakit menular, yaitu HIV, TBC dan kusta. Itulah penyakit menular yang masih ada hingga kini.

“HIV ini merupakan virus yang merusak kekebalan tubuh. Selain HIV, Covid-19 termasuk penyakit disebabkan oleh virus. Semua penyakit yang disebabkan oleh virus belum ada obatnya, yang ada itu adalah anti bodi zat kekebalan tubuh,” terangnya.

Menurutnya, penyakit HIV menyerang kekebalan tubuh manusia. AIDS itu rentetan dari HIV kalau sudah studium kronis.

“Virus HIV ini bersarangnya di dalam tubuh, terutama dalam cairan tubuh kita. Ada 4 macam cairan dalam tubuh kita yaitu cairan mani, cairan vagina, darah dan ASI. Dan yang sudah terbukti tempat bersarangnya virus adalah di 4 tempat ini. Dan yang paling berbahaya adalah darah karena kuman itu langsung masuk ke darah,” jelasnya.

Disampaikan pula, HIV tidak serta merta langsung menyerang tapi 5 sampai 10 tahun baru terdeteksi dampaknya, misalnya studium tiga dengan gejala muncul benjolan-benjolan, sementara stadium empat sudah tidak bisa diobati.

“Penyakit ini disebabkan oleh seks bebas, sejarahnya pertama masuk di Indonesia pada tahun 1978, itu ada di Bali dan Jakarta. Di KLU yang sedang melakukan pengobatan ada 32 orang, itu menyebar di semua kecamatan,” tutur Sabri.

Kata dia, di Indonesia penyakit AIDS paling banyak di Papua dan NTT. HIV penyakit yang eksklusif sehingga penderitanya tidak boleh dipublikasi.

Sabri mengingatkan pihak yang sering membawa kuman adalah perempuan, pasalnya data Dikes KLU rata-rata perempuan. Tak hanya itu, penularan juga bisa lewat transfusi darah, kontak seksual, dan plasenta.  “Dan yang paling bahaya itu seks lelaki dengan lelaki. Begitu pula air susu ibu dan jarum suntik mengakibatkan penularan. HIV ini beda dengan Covid, karena penularannya berbeda,” tutupnya.

Rangkaian acara berjalan khidmat dan tertib dengan menerapkan prokotol kesehatan Covid-19 dilanjutkan dengan sesi tanya jawab peserta kepada narasumber. (Sas)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here