Kayuagung, Beritakajang.com – Sesuai ketentuan dari presiden serta mekanisme yang mengatur, nilai bantuan langsung tunai (BLT) yang didapat masyarakat per kepala keluarga (KK) senilai Rp600 ribu selama tiga bulan.
“Namun, warga di beberapa desa dalam Kecamatan Cengal Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) justru mempertanyakan dana yang didapatkan hanya Rp570 ribu, yang seharusnya Rp600 ribu,” jelas Ketua Umum AMPATI, Paisal Tanjung, Ahad (10/5/2020).
Setelah di kros cek terkait hal itu, Paisal Tanjung melanjutkan, pemerintahan desa memberikan penjelasan bahwa dari dana Rp600 ribu itu, dipotong Rp30 ribu untuk membeli materai seharga Rp3.000 sebanyak 3 lembar. Yang mana, materai itu sendiri digunakan untuk urusan administrasi pada saat masyarakat menerima BLT tersebut.
Paisal Tanjung kembali menceritakan, kemudian ada salah satu desa di Kecamatan Tulung Selapan, seperti Desa Simpang Tiga, saat ini belum juga mendapatkan BLT ataupun bantuan misbar.
“Keterangan ini kami dapat dari saudari Nira Diana, salah satu warga Desa Simpang 3 Kecamatan Tulung Selapan,” jelas dia.
Sementara itu, mahasiswa S2 UIN Raden Fatah Palembang, Bayu Cuan, ikut mempertanyakan terkait pemotongan untuk biaya materai maupun keterlambatan dalam pembagian BLT serta bantuan misbar.
“Apakah memang menjadi ketentuan undang-undang atau memang ada sebuah aturan pusat atau daerah yang mengatur hal itu, atau berdasarkan kebijakan dari pemerintahan desa saja,” tanya dia.
Kemudian, akademisi magister hukum tata negara ini juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat maupun daerah hingga tingkat desa yang telah menyalurkan BLT yang bersumber dari dana desa tersebut.
“Kita ketahui bersama kondisi pandemi corona saat ini, sehingga dana itu dapat bermanfaat untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat. Dan semoga dana yang disalurkan tepat sasaran,” pungkas dia. (Ron)
