Riau, Beritakajang.com – Dalam rangkaian acara sastra dan budaya pada perhelatan FSIGB, ada satu acara yang selalu hadir di pembukaannya, yaitu Anugerah Jembia Emas (AJE).
AJE sendiri merupakan sebuah anugerah budaya untuk para budayawan yang bermastautin (bertempat tinggal) dan berkarya di Kepulauan Riau (Kepri).
Anugerahnya tidaklah terlalu besar, mewah dan megah. Tapi lebih pada pemberi semangat dan menghargai pengabdian dan prestasi para seniman dan budayawan.
Anugerah Jembia Emas ini mulai diberikan tahun 2016. Jadi lebih dulu dari FSIGB. Kenapa begitu?, karena AJE diilhami oleh perhelatan Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) ke-XI yang diadakan di Tanjung Pinang.
Selain untuk memeriahkan dan mengisi acara yang pesertanya para penyair yang datang dari berbagai daerah dan juga dari rantau Asean, anugerah ini juga untuk menunjukkan komitmen dan penghargaan Kepri terhadap dunia sastra dan budaya.
Selama 6 tahun terakhir, sudah ada 6 seniman dan budayawan yang menerimanya dari berbagai bidang, meski kebanyakan sastrawan. Antara lain Husnizar Hood (sastrawan di tahun 2016), Aswandi Syahri (sejarawan di tahun 2017), Abdul Malik (budayawan di tahun 2018), Abdul Kadir Ibrahim (sastrawan di tahun 2019), Ramon Damora (sastrawan di tahun 2020), dan Pepy Chandra (koreografer di tahun 2021).
Tahun ini (2022) sudah diumumkan 10 nomine calon penerima anugerah tersebut, antara lain:
- Adi Lengkepin (musisi)
- Dedy Junizar (perupa)
- Mohd Natsir Thahar (budayawan)
- Raja Malik Hafizan (budayawan)
- Rendra Setyadiharja (budayawan)
- Riawani Elyta (sastrawan)
- Ruki Daryudi (koreografer)
- Tarmizi Rumah Hitam (sastrawan)
- Teja Alhabd (budayawan)
- Yuanda Isha (sastrawan)
Siapa penerima tahun ini?, tunggu di tanggal 15 September, baru akan diumumkan. Namun, siapapun nanti yang dipilih oleh dewan juri, inilah bagian dari cara membangun tradisi menghormati dan menghargai kebudayaan sebagai upaya pembangunan harkat dan martabat kemanusiaan melalui budaya. (Ron)