Palembang, Beritakajang.com – Kapolda Sumsel Irjen Pol. Prof. Dr. Eko Indra Heri S MM melalui Kabid Humas Kombes Pol Drs Supriadi MM didampingi Kasubbid Penmas AKBP Iralinsah menjelaskan bahwa tindakan Polres Banyuasin sudah sesuai protap didalam memberantas peredaran narkoba dan ada barang buktinya.
“Sedangkan tersangka RP yang mengaku dirinya seorang jurnalis dengan mengatasnamakan media Tribunus Banyuasin, setelah kroscek ke Pimred Tribun Sumsel menerangkan bahwa nama RP tidak terdaftar,” ucap Supriadi, Senin [31/5]
Ia menambahkan, setelah kita koordinasi dengan Dewan Pers Sumsel, PWI dan AJI ternyata hasilnya sama, tidak ada dan tidak terdaftar nama wartawan dan media tersebut.
“Oleh karena itu kami mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati dalam bermedia sosial, jangan sampai timbul kesimpang siuran dalam pemberitaan. Cek dulu kebenaran beritanya sebelum di share, dan ini bisa disanksi pidana menurut UU ITE, bahkan bisa saja lebih dari itu, pasal berlapis, karena pemalsuan identitas,” Supriadi.
Sementara itu, Kapolres Banyuasin AKBP Imam Tarmudi melalui Kasat Narkoba Polres Banyuasin IPTU Jatrat Tunggal mengatakan, kronologis sebenarnya yang terjadi pada saat itu pihaknya mendapatkan informasi tentang adanya beberapa orang yang melakukan transaksi jual beli dan mengkonsumsi narkotika jenis sabu di sebuah pondok dalam kebun karet di Dusun I Desa Tebing Abang Kecamatan Rantau Bayur Kabupaten Banyuasin, Kamis (27/5) lalu.
“Mendapatkan informasi tersebut, kami langsung melakukan penyelidikan. Dari hasil penyelidikan yang kami lakukan ternyata informasi itu memang benar adanya. Lalu pada hari Sabtu (29/5) sekira pukul 19.00 WIB kami lakukan penggerebekan terhadap pondok tersebut,” jelasnya, Ahad [30/5].
Dikatakan Jatrat, pada saat penggrebekan tersebut, pihaknya melihat di dalam pondok terdapat 4 (empat) orang laki-laki sedang mengkonsumsi narkotika jenis sabu. Akan tetapi pada saat penangkapan, 3 (tiga) orang berhasil melarikan diri dengan cara berlari ke dalam kebun karet, dan 1 (satu) orang berhasil diamankan.
“Di lokasi kejadian tidak ada perempuan, hanya 4 orang laki. Dimana 3 orang berhasil kabur dan 1 orang tertangkap. Saat diamankan dan ditanya petugas kepolisian, orang yang tertangkap ini mengaku jurnalis berinisial RP, dan saat diamankan yang bersangkutan tidak melakukan perlawanan,” ungkapnya.
Menurut Jatrat, dari penggeledahan di dalam pondok tersebut, ditemukan barang bukti berupa 2 (dua) buah pirek kaca yang masih terdapat sisa narkotika diduga yang diduga jenis sabu, 2 (dua) buah bonk atau alat hisab yang terbuat dari botol minuman merk Fanta, 7 (tujuh) buah pirek kaca kosong, 10 (sepuluh) buah jarum, 1 (satu) ball plastik klip kosong, 1 (satu) buah parang dan 1 (satu) buah kotak plastik warna putih.
“Kemudian saudara RP berikut barang bukti kami bawa keluar dari kebun menuju jalan utama (pemukim warga) berjarak sekitar 200 meter dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan keluar dari kebun tersebut, kami dihadang oleh 2 orang laki-laki yang membawa 1 (satu) buah samurai sambil berteriak agar warga Tebing Abang keluar dan menutup jalan. Kemudian, kedua orang tersebut kami ajak negosiasi, dan 1 (satu) buah samurai yang mereka bawa berhasil kami amankan,” jelasnya.
Setelah itu, lanjut Jatrat, pihaknya melanjutkan perjalanan keluar dari kebun karet tersebut. Sesampainya di jalan utama (pemukiman warga), ternyata pihaknya telah ditunggu oleh warga yang kemungkinan ada anggota keluarga dan teman-teman dari saudara RP dengan membawa senjata tajam jenis parang dan samurai.
Salah seorang berinisial AS berteriak bahwa rombongan kepolisian adalah rampok dan kembali berteriak agar semua warga Desa Tebing Abang keluar menghadang jalan. Melihat hal itu, saudara RP langsung berontak dan berteriak-teriak memanaskan suasana kalau dirinya dianiaya.
“Warga yang mendengar teriakan itu membuat situasi jadi memanas. Kemudian kami melakukan negosiasi untuk meredakan suasana. dikarenakan situasi malam hari dan akses jalan keluar masuk hanya 1 (satu) jalan, serta situasi tidak kondusif dan kalah jumlah, akhirnya kami keluar dari Desa Tebing Abang dengan tidak membawa saudara RP,” jelasnya.
Jatrat mengatakan, itulah kejadian sebenarnya yang terjadi di lapangan. Tidak ada kami melakukan percobaan pembunuhan dan melakukan kriminalisasi. Apalagi menodongkan pistol terhadap ibu dari saudara RP. Semua itu tidak benar, dan tidak sesuai dengan kejadian sesungguhnya.
“Saat ini kita sudah mengamankan barang bukti, dan untuk status dari saudara RP sendiri kami akan melakukan gelar perkara, mengumpulkan barang bukti dan saksi. Nanti dari gelar perkara tersebut akan ditentukan apakah yang bersangkutan pantas jadi DPO atau tidak,” tegasnya.
Mengenai status hukuman yang akan dilakukan terhadap AS yang diduga telah memprovikasi warga dan 2 orang lainnya yang menggunakan senjata tajam berupa parang dan pedang, Jatra menegaskan akan bekerjasama dengan Satuan Reserse Kriminal (Sateskrim) Polres Banyuasin untuk melakukan gelar perkara.
“AS dan 2 orang yang pemilik senjata tajam kasusnya akan dikoordinasikan dengan Reskrim untuk ditindaklanjuti, apakah ada tindak pidananya atau tidak atas kepemilikan sajam dan provokasi masyarakat,” tandasnya.
Terkait hal tersebut, Ketua PWI Kabupaten Banyuasin Diding Karnadi SH mengaku telah mendengar adanya peristiwa tersebut, namun ia belum berani menyimpulkan mengenai kasus itu. “Nanti kita telusuri,” ucapnya.
Menurut Diding, Kalau berkaitan tugas jurnalistik, siapapun dia, meskipun bukan anggota PWI wajib dibela. Namun, bila kaitannya kasus tindak pidana apalagi menyangkut narkoba, itu ranah aparat penegak hukum.
“Kalo soal narkoba, PWI wajib mengibarkan genderang perang,” tegas Diding.
Disisi lain, DN salah seorang wartawan di Banyuasin mengaku geram dengan kehadiran orang yang mengaku wartawan tapi basic awalnya bukan wartawan.
“Kalau status katanya wartawan tapi tidak ada tergabung dalam organisasi PWI, IWO maupun SMSI. Yang notabene awalnya bukan dari wartawan namun LSM, itupun LSM tidak jelas juga,” ungkap pewarta di Banyuasin ini. [Bakrie]