Lombok Utara, Beritakajang.com – Mengacu dinamika terkini perkembangan pandemi Covid-19 di Gumi Gora yang meningkat, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) meyakini semua pemerintah kabupaten/kota se-NTB sepakat bahwa faktor utama yang dibutuhkan guna menangani Covid-19 adalah konsistensi dan disiplin yang sinergis dari seluruh instansi di NTB.
Demikian ditegaskan Wakil Gubernur NTB Dr. Ir. Hj.Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd kala kunjungan kerja bersama unsur Forkopimda dan Kepala OPD lingkup Pemerintah Provinsi NTB ke Kabupaten Lombok Utara, Kamis (28/5/2020).
Kunjungan kerja yang dihelat di aula kantor Bupati Lombok Utara itu diterima Bupati Dr. H. Najmul Akhyar, SH, MH, Wakil Bupati H. Sarifudin, SH, MH, dan unsur Forkopimda Kabupaten Lombok Utara. Turut serta mendampingi wakil gubernur antara lain Kasrem Wira Buana Letkol Infantri Endarwan Yansori, Wakapolda NTB Brigjen Pol. Drs. Asby Mahyuz, M.Si, Kabinda NTB Ir. Wahyudi Adisiswanto M.Si dan beberapa Kepala OPD lingkup Pemprov NTB.
“Tujuan kami berkunjung ke sini adalah ingin bersilaturahmi dan saling menguatkan karena situasi yang kita hadapi butuh stamina yang baik. Mudah-mudahan kita di NTB energinya tidak pernah kurang,” tutur Rohmi.
Ditururkan Rohmi, tiga pekan sebelumnya kurva kasus Covid-19 di seluruh NTB nampak melandai. Ini terlihat dari pasien yang sembuh lebih banyak daripada pasien yang dirawat di hampir seluruh kabupaten/kota. Akan tetapi, menghadapi gelombang kedua pandemi, ternyata tidak disangka-sangka kurvanya mengalami lonjakan peningkatan yang cukup signifikan. Tak hanya itu, sambung kakak kandung Dr. H.M Zainul Majdi ini, problem yang paling mengkhawatirkan adalah kasus terjangkitinya tenaga medis di sejumlah rumah sakit di NTB.
“Itu artinya mesin kita berkurang, setelah 67 tenaga kesehatan kita terpapar positif terjangkit virus corona,” ungkapnya.
Lebih lanjut diuraikan wagub, saat ini jumlah seluruh kasus positif Covid-19 se-NTB sebanyak 562 kasus. Dari jumlah itu, total pasien yang sembuh sejumlah 273 orang. Sementara pasien yang hingga kini masih dirawat sejumlah 279 pasien, di samping itu ada juga yang meninggal.
“Kemarin, jumlah pasien yang dirawat lebih tinggi dari jumlah yang sembuh. Ini menunjukkan second wid (gelombang kedua) itu betul-betul kita alami. Ada 10 orang meninggal diantaranya ada anak-anak. Saat ini PDP ada 476 pasien dan ODP ada 187 orang. Yang menyedihkan itu ternyata 78 kasus adalah anak-anak dan 3 diantaranya meninggal dunia. Data ini menempati urutan kedua terbesar se-Indonesia,” ujar Umi Rohmi.
Dipaparkan lebih lanjut, jumlah pasien dewasa 290 orang (usia 19-45 tahun), sedangkan pasien berusia 46-50 tahun berjumlah 167 orang. Lonjakan kasus ini menjadi warning (peringatan) keras bagi seluruh warga NTB sekaligus memantik kesadaran pentingnya menumbuhkan kedisiplinan.
“Dilihat dari karakteristiknya, di situ laki-laki ada 362 orang dan perempuan 200 orang. Gelombng kedua ini lebih gawat dari situasi awal kita temukan Covid-19. Ini karena tenaga medis kita juga kena. Kedisplinan kita kurang, oleh karena itu mari kita terus anjurkan masyarakat untuk tetap mengikuti protokol Covid-19 sampai kita menemukan vaksin yang bisa menyembuhkan penyakit corona ini,” ajak wagub.
Wagub juga menyampaikan, jumlah PDP anak-anak 279 kasus, dimana sebanyak 78 pasien diantaranya adalah anak-anak berstatus positif Covid-19. Sementara 15 PDP imonia anak meninggal dan lebih mirisnya 2 orang anak positif Covid-19 meninggal umur 5 dan 6 bulan. Lalu, 30 anak lainnya hingga kini tidak diketahui cluster penularannya.
“Ini yang paling sulit. Saat awal Covid-19 masuk NTB clusternya jelas, ada cluster Goa, Jakarta, Bali dan Sukabumi. Cluster itu sudah selesai karena disiplin dan gampang kita tracking. Masalah yang paling sulit adalah transmisi lokal. Sebab trackingnya sulit dan satu-satunya ikhtiar yang bisa kita ambil yaitu penetapan protokol Covid-19 dalam segala lini. Kita tidak bisa lengah sedikitpun,” tutup istri mantan Ketua DPRD Lotim 2014-2019 itu.
Dalam kesempatan itu, Kasrem 162/Wira Buana Letkol Inf. Endarwan Yansori mengatakan, tentu semua pihak merindukan situasi normal seperti dulu, tetapi diakhir bulan puasa ia melihat masyarakat ngabuburit begitu ramai sehingga diduganya menyebabkan angka positif corona naik.
“Kondisi ini membuat kita berpikir kembali apa langkah kita yang paling tepat untuk menangani Covid-19 ini,” katanya dengan nada pertanyaan.
Letkol Endarwan pun mengaku, semua pihak tidak bisa bekerja sendiri, sehingga para pemangku jabatan yang paling bawah pun tidak henti-henti memberikan imbauan, kemudian baru diperkuat dengan patroli gabungan di berbagai wilayah, selain upaya-upaya lain menghentikan pernyebaran di wilayah masing-masing.
“Kita juga harus mencegah penyebaran masuk dari luar. Laut dan udara harus kita perketat, harus yang benar-benar penting saja yang bisa masuk dan itupun harus membawa surat keterangan dan hasil test swab yang berlaku minimal satu minggu. Pun media juga sangat berpengaruh,” pesannya.
“Jadi, harapan kita agar ada keseragaman informasi untuk diinformasikan,” tambah perwira menengah berpangkal Letkol itu.
Letkol Endarwan menegaskan, dalam konteks pelaksanaan penanganan Covid-19, jika memungkinkan imbauan dari Pemprov NTB sedapat mungkin segera ditindaklanjuti oleh pemerintah kabupaten/kota. “Patroli gabungan akan terus-menerus mengawasi semua wilayah walaupun hal itu tidak mudah dilaksanakan,” tutupnya.
Di tempat yang sama, Wakapolda NTB Brigjen Pol. Drs. Asby Mahyuz, M.Si dalam perspektif lain mengatakan, kita menghadapai kendala yang cukup berat untuk menjelaskan bahwa korelasi antara agama dan penyakit.
“Ulama sudah menyampaikan untuk menghindari tetapi tidak di gubris dengan alasan keagamaan tentu ini tidak mudah untuk dilaksanakan,” ketusnya.
Menurut Brigjen Pol. Asby, sampai saat ini titik persoalannya masih tetap sama yaitu pada faktor kedisiplinan. Bagi orang yang tetap mengikuti protokol kesehatan akan selamat. Namun problem utama semua stakeholder dalam memutuskan rantai pandemi Covid-19 itu sebetulnya adalah soal penjagaan superketat, dimana satu saja pejangkit bisa dijaga maka diyakini masalah penyebarannya bisa menurun.
“Adapun dampak Covid-19 itu Mantab (makan tabungan),” guraunya jendral bintang satu tersebut.
Sementara pandangan lain diutarakan Kabinda NTB Ir. Wahyudi Adisiswanto M.Si. Menurutnya, WHO menyampaikan Covid-19 itu ternyata pintar lantaran bisa berotasi menjadi 33 varian. Membelah diri kemudian muncul 60 persen varian baru menyerang organ-organ tubuh yang lain.
“Semua jenis virus itu hidup dalam benda hidup. Habitatnya adalah orang-orang yang punya peluang untuk tempatnya hidup. Virus ini kena sinar matahari saja akan terbakar,” terangnya.
Wahyudi lantas menjelaskan terkait kesiapan “new normal” yang paling diutamakan adalah kedisiplinan. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan pihaknya, benang merahnya banyak kelompok masyarakat yang tidak disiplin.
“BIN telah membuat dua skenario. Pertama skenario masyarakat yang aman dan kedua skenario masyarakat yang rentan. Skenario dibangun ke dalam 5 barometer, yaitu mobilitas, kepatuhan menjalankan protokol kesehatan, pelaksanaan tes masif, keberadan cluster transmisi lokal, dan kasus transmisi pekerjaan migran,” urainya.
“Dari 5 skenario ini, ternyata yang menjadi persoalan adalah tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan. Masyarakat kita termasuk tidak patuh,” tutup Wahyudi. (Sas/Humaspro)